Selasa, 30 Mei 2017

Fernanda Edianto, Karateka Medan untuk Indonesia.

Mungkin Nama Umar Syarief yang ada dibenak kita, jika disinggung tentang dunia karate. Namun legenda karateka itu telah menyelesaikan masa baktinya di panggung kompetisi karate. Lalu bagaimana dengan regenerasi para karateka lain di Indonesia?

Fernanda Edianto mungkin bisa menjadi salah satu karateka muda berbakat yang mampu mengharumkan nama bangsa, dan juga membuktikan bahwa Karate masih hidup dan terus beregenerasi di Indonesia khusunya Sumatera Utara.

Nanda sapaan akrab karateka asal Medan yang masih berusia 19 tahun ini memiliki segudang prestasi baik nasional maupun Internasional, diantaranya adalah :
- Kejuaraan Nasional Karate  Piala Kapolri di Lampung dan Bandung tahun 2013 dan 2015 dengan raihan emas.
- Meraih medali emas pada kejuaraan Silent Knight Cahmpionship 2013 Malaysia
-Meraih medali emas pada Thailand Open Karate Championship 2016,
-Berbagai kejuaraan lain yang menghasilkan medali
-Serta yang terbaru meraih medali perunggu dalam PON XIX 2016 lalu, dan merupakan PON pertama baginya, sekaligus menjadi medali pertama dalam kelas Kata Beregu Putra untuk Sumatera Utara sepanjang pegelaran PON  berlangsung di Indonesia. Nanda adalah Atlet termuda dalam  PON XIX saat itu.

Karateka muda yang terdaftar aktif sebagai salah satu mahasiwa di Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU ini, menggeluti karate sejak duduk dibangku Sekolah Dasar. Waktu itu ia hanya bergabung dalam ekstrakulikuler yang diadakan sekolahnya. Namun pelatihnya melihat bakat dan potensi yang cemerlang dalam diri Nanda, dan terbukti di usianya yang masih 10 tahun ia meraih 2 emas dan 1 medali perak pada kejuaraan pertamannya di Kejuaraan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008.

Sang Ayah sempat berkeberatan jika Nanda menggeluti dunia karate, layaknya orang tua yang lain lebih mendukung jika anaknya lebih menekuni dan memprioritaskan pendidikan formalnya. Namun hal itu dibuktikan oleh Nanda bahwa ia juga bisa berprestasi dan membanggakan sang Ayah lewat karate dengan berbagai prestasi yang telah ia raih. Ia juga membuktikan kepada ayahnya bahwa pendidikan formal semata – mata terganggu karena Karate yang ia geluti, di SMP ia selalu masuk jajaran 3 besar dikelasnya dan tak jarang dia di utus sekolahnya untuk mengikuti lomba pidato Bahasa Inggris.

Kini sang Ayah telah mendukung sepenuhnya jika Nanda bergelut di dunia Karate. Bagi Nanda dukungan kedua orang tua adalah yang terpenting terhadap prestasi yang telah ia torehkan selama ini. Kehadiran orang tuanya ketika ia bertanding menjadi semangat tersendiri yang membakar dirinya untuk pantang menyerah dan mencapai kemenangan di setiap pertandingan. Tak jarang kedua orang tuanya memberikan nasehat kepada dirinya jika ia merasa lelah dan mengembalikan semangat juangnya. Selain kedua orang tua, teman seperjuangan dalam Karate juga memiliki pengaruh yang tak kalah besar bagi dirinya. Berlatih bersama dan saling berbagi ilmu jugalah yang menghantarkannya meraih penghargaan seperti saat ini.

Selain menjadi seorang atlet, nanda juga menjadi pelatih untuk karateka Junior, awal januari 2017 lalu ia ditunjuk menjadi pelatih oleh IKANAS di Medan dan melatih 7 orang karateka junior. Dua dari tujuh karateka tersebut meraih medali emas dalam Kejuaran Nasional Kapolri di Semarang dalam kelas perorangan Kadet Putra dan Putri. Baginya ilmu dan pengalaman bukanlah untuk dipendam sendiri, ilmu dan pengalaman lebih berarti jika dibagikan.

Sosok Fernanda Edianto adalah Karateka muda Asal Medan yang dapat diandalkan untuk mengharumkan bangsa ini lewat Karate. Terlebih usianya yang masih sangat muda namun memiliki pengalaman yang cukup, dan  mampu menularkan prestasinya kepada orang lain lewat asuhannya adalah sosok Karateka yang dibutuhkan untuk dunia Karate di negeri ini. Serta dapat menginspirasi pemuda – pemuda di Indonesia khusunya Medan untuk sama – sama berprestasi dan mengharumkan Bangsa ini.

VORFREUDE PUBLISHER

Departemen Ilmu Komunikasi – Universitas Sumatera Utara (USU)

Alamat : Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus FISIP USU, Medan

Email: vorfreude.publisher2017@gmail.com

CP : Anita (081360702837) , Kiki (082164251914)

Jumat, 01 Mei 2015

Rizka, Volunteer yang Peduli terhadap Pendidikan Anak

Rizka Gusti Sitanggang merupakan perempuan asal Medan, yang sedang menjalankan studi S1 Ilmu Komunikasi di FISIP USU. Gadis yang akrab dipanggil Rizka ini, adalah sesosok orang yang sangat peduli terhadap pendidikan anak. Baginya, setiap anak pantas mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya.

“Anak-anak adalah cikal bakal pemimpin, jadi harus diusung dengan kualitas pendidikan yang bagus juga” ujarnya. Rizka sendiri memiliki banyak prestasi selama duduk dibangku sekolah

Rizka merupakan salah satu volunteer pendidikan di KKSP (Kelompok Kerja Sosial Perkotaan). Melalui KKSP, Rizka menjadi relawan untuk mengajar anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Salah satu kegiatan yang Rizka lakukan sebagai volunteer adalah mengumpulkan anak-anak jalanan di Kota Medan, kemudian mengajarkan anak-anak tersebut di sebuah rumah belajar. Adapun yang diajarkan seperti bahasa inggris, artimatika sempoa dan coding.

“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan sebaik-baiknya ilmu bermanfaat adalah ilmu yang kita beri secara ikhlas untuk kebaikan orang lain” ungkapnya.

Dibalik rasa kepedulian Rizka terhadap pendidikan anak, Rizka juga merupakan penulis karya ilmiah yang berbakat. Karya tulisnya yang berjudul “Pemulung Kalangan Anak Usia Dini” pernah membawa nama Indonesia sampai ke negeri China pada tahun 2013 lalu. Sampai saat ini, Rizka telah meraih 21 Piala (14 piala khusus Aritmatika Sempoa dan 7 piala MTQ Sekolah ), 1 medali perunggu (Best of The Best Student Aritmatika Sempoa), dan 25 Piagam Penghargaan (baik Regional, Nasional dan Internasional).








By: act publisher

Selasa, 06 Januari 2015

Fotografi Komunikasi (FOKUS) USU


FOTOGRAFI KOMUNIKASI (FOKUS) USU

Perkembangan fotografi yang semakin maju, memicu muncul banyaknya komunitas foto, terutama di kota Medan. Orang-orang yang tidak mengerti tentang fotografi juga berlomba-lomba untuk belajar dan bergabung dengan komunitas fotografi yang sudah tersebar di Medan. Hal ini juga dipicu oleh banyaknya event-event fotografi yang semakin marak di Medan.

Salah satu komunitas fotografi yang ada di Medan adalah Fotografi Komunikasi (FOKUS) USU. FOKUS USU adalah sebuah komunitas fotografi milik mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara, dan anggotanya terdiri dari mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. Komunitas ini berada dibawah naungan Divisi Fotografi Jurnalistik IMAJINASI (Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi), komunitas ini mempelajari fotografi secara umum. Saat ini, FOKUS USU diketuai oleh Edwar Kevin, mahasiswa departemen ilmu komunikasi FISIP USU angkatan 2012.

FOKUS USU sudah mengikuti banyak event dan lomba fotografi yang ada di Medan. Tahun ini FOKUS USU juga sering mengadakan event dan lomba fotografi. Salah satunya adalah event tahunan dari Divisi Fotografi Jurnalistik IMAJINASI yaitu Workshop Fotografi. Workshop Fotografi yang bertemakan "Conceptual Wedding Photography" ini mendatangkan pembicara dari Jogjakarta yaitu Mishbahul Munir (Owner PoetraFoto) dan Heinrico Hardi (Ketua Asosiasi Fotografer Sumatera Utara (AFSU)). Selain itu, FOKUS USU juga ikut serta dalam Futsal Fotografer (Futsalgrafer) yang diadakan oleh Asosiasi Fotografer Sumatera Utara (AFSU).

Selain banyak prestasi dan event yang diikuti, FOKUS USU juga memiliki anggota yang rata-rata sudah memiliki prestasi sendiri mengenai fotografi dan aktif di berbagai kegiatan fotografi di Medan. Anggota FOKUS USU sudah banyak yang memenangkan berbagai lomba, beberapa foto dari anggota FOKUS USU juga sudah dimuat di berbagai majalah di Medan.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Tenggelam?

Ini bukan sebuah tulisan yang menurut saya bisa menginspirasi. Karena saya hanya ingin menulis apa yang ingin saya tulis. Mungkin tulisan ini juga tidak akan dibaca oleh banyak orang. Karena saya hanyalah penulis amatiran.

Bermula dari mana saya juga tidak tau. Tau-tau saya sudah menyadari sesuatu. Rabu 15 oktober. Saya tenggelam.
Dan beruntunglah masih ada orang yang menolong. Dan dia berkata, " tenggelam adalah proses pendewasaan".
Saya terdiam.
Dewasa.

Saya merasa masih sangat jauh dari kata itu. Lalu suasana hening . Saya diam dan berpikir.
Saya maju ke depan, terlalu jauh meninggalkan belakang. Sampai akhirnya saya tidak sanggup dan tenggelam.
Ya, sama halnya seperti jika saya mencoba melupakan masa lalu dan mengejar yang saya anggap masa depan, tapi ternyata saya tidak sanggup dan akhirnya saya berhenti. Gagal.

Saya pernah tenggelam. Dan saya tenggelam lagi. Mudah saja, sama halnya seperti saya sudah pernah jatuh dan gagal tapi saya jatuh dan gagal lagi dengan cara yang sama.

Lalu saya tidak berani untuk berenang ke tengah kolam. Saya hanya di tepi.
Entahlah, saya merasa seperti pecundang yang hanya berani berselimut bayang-bayang masa lalu dan tidak berani maju. Padahal saya tau, apalah yang bisa saya dapat dari tepi kolam ini. Akan tetap datar. Begini saja. Tanpa ada tantangan. Dan mengecewakan. Sama seperti saya bertahan tetap di posisi saya dan kamu adalah kita, padahal kita sudah menjadi aku dan kamu lagi.

Lalu saya harus apa?
Ya, tenggelam adalah proses pendewasaan. Begitu katanya.
Lalu saya pindah ke kolam yang lebih dangkal. Yang bisa saya jangkau. Yang bisa menyatu dengan saya. Dan saya belajar menyatu dengannya hingga saya bisa.
Begitulah saat ini. Tidak mudah melupakan ketakutan atas "tenggelamnya" saya. Baik di kolam ataupun masa lalu.
Tapi setidaknya satu hal, saya harus benar-benar belajar melawan ketakutan itu, belajar lebih berani mencoba hal baru, dan belajar dari kesalahan masa lalu.

Setidaknya pendewasaan itu adalah proses. Dan kita, saya yakin suatu saat nanti akan benar-benar bisa mendapatkan yang terbaik untuk kita. Karena yang saya tau, kita terlalu baik dan terlalu jahat untuk kita satu sama lain.

Sabtu, 26 Oktober 2013

Kataku, cinta

Cinta? Apa itu cinta?
Banyak orang yang bisa mengartikan, hanya mengartikan kata itu, bukan mendalami kata itu.
Ada yang bilang cinta itu, perasaan melebihi sayang.
Ada yang bilang cinta itu rasa saling menyayangi dan ingin selalu menjaga.
Ada yang bilang cinta itu rasa ingin memiliki.
Itu kata mereka.
Kataku, cinta itu kamu.

Kamu seperti partikel terkecil kapur yang tidak kelihatan tapi sangat menganggu jika kamu ada di dekatku.
Aku selalu mencoba mengalihkan pandanganku darimu, tapi kamu selalu muncul.
Aku selalu mencoba menghirup udara segar jauh darimu, agar aku tidak pernah merasakan baumu, namun tetap saja, itu tidak pernah berhasil kulakukan.
Dan kau tau? Beruntunglah aku akhirnya bisa merasa nyaman berada diantara partikel kapur itu.
Kamu, satu-satunya orang yang mampu menghancurkan milyaran penderitaan yang kualami, sebelum bertemu kamu.

Bukan sekali dua kali kamu bertanya dengan tatapan tulus, "masihkah ada dia?"
Itu katamu. Dan harus bagaimana lagi kujawab?
Aku hanya bisa terdiam, sekali kujawab, berkali kau tanya.
Masihkah kamu ragu?

Semua punya masa lalu. Aku dan kamu.
Kita dipertemukan dengan jutaan cerita masa lalu.
Jika aku saja mampu mengacuhkan masa lalumu, dan kamu juga mampu mengacuhkan jutaan masa laluku,
Kenapa masih kau hiraukan satu cerita yang tidak pernah penting itu?

Memang, kelihatannya ini belum berakhir dan memang tidak pernah akan benar-benar berakhir.
Tapi ini ceritaku, aku yang bercerita, bukan kamu.
Ada hal yang memang harus diakhiri secara terpaksa, dan dianggap memang berakhir.

Dan kamu, wahai cinta......
Kamu sangat sederhana, sangat sederhana.
Dan kamu tau?
Kamu sangat manis. Manis dengan kesederhanaanmu memperlakukan semua hal.
Semua alami, manis, dan sederhana.
Dan jika masih ada yang bertanya padaku apa itu cinta,
Maka akan tetap kukatakan,
Cinta itu kamu.
Kesederhanaan yang indah.

Minggu, 14 Juli 2013

Saw you, in here.

                Banyak cara untuk bisa mencintai seseorang. Banyak alasan untuk dapat mencintai ataupun menghentikan rasa itu. Dan banyak juga cara untuk menyampaikan rasa itu, dengan cara berbeda, menghanyutkan, atau bahkan membunuh perasaan itu sendiri. aku belajar dari bagaimana aku pernah gagal. Aku belajar dari bagaimana bisa aku menahan perasaan itu ketika seharusnya perasaan ini tidak tertahan. Dan aku juga belajar dari gadis itu.
                Aku melihat gadis itu hanya bersembunyi dibalik pondok kenangannya. Dengan seulas senyum tipis yang dipaksakan hanya untuk dapat melihat “keindahan” yang pernah dia miliki. Hanya untuk sekedar melepas rindu dengan menatap dari kejauhan, dia sudah bahagia. Lalu aku melihatnya menuliskan sepucuk surat dan memasukkan ke dalam botol. Lalu dia melemparkan botol itu ke depan pantai. Dan pada akhirnya surat itu akan menepi  sendiri ke tempat kemana surat itu harus berlabuh. Cara kuno bukan? Tapi aku suka melihatnya.
                Botol menepi. Surat itu sekarang berada dalam genggaman “keindahan” gadis itu. dia membaca. Lama sekali. Sesekali tersenyum. Sesekali terlihat air muka iba. Dan sesekali, dia hanya dapat menghela nafas.

                “ aku hanya bisa hidup di dalam bayangannya saja. Tidak bisa lebih dan aku tidak tahu apakah bisa menjadi lebih lagi. Aku pernah bertemu makhluk Tuhan yang sangat indah,dia indah dan sangat indah. Aku tidak bisa menyusun kata-kata yang pantas untuk menyampaikannya. Waktu berjalan cepat dan berakhir entah sampai kapan. Semua berubah tanpa aku bisa menghentikan itu.
Dulu aku bisa melihatnya dari dekat, tapi sekarang aku hanya mampu melihatnya dari balik pondok itu, ya.. katakanlah itu pondok kenangan. Dulu aku bisa menyeka keringat yang mengalir di dahinya, tapi sekarang aku hanya bisa melihatnya menyeka keringat itu sendirian. Dulu aku bisa menjadi alasannya tertawa, tapi sekarang aku tergantikan. Dulu adalah dulu, dan aku sudah hidup di masa sekarang.
Tuhan adil, memberikan dia hanya untuk sementara. Tuhan mengajarkanku bagaimana untuk tidak menyakiti makhluk indahnya itu. aku tahu, aku terlampau jauh menyakiti makhluk indah itu. dia indah, sangat indah. Mungkin dia memang hanya pantas untuk keindahan lainnya. Tapi apakah salah jika suatu saat aku ingin mengambil keindahan yang pernah menjadi milikku lagi?
Makhluk indah itu pernah berkata akan tetap membuatku tertawa. Tapi aku hanya bisa menangis setelah dia mengatakan itu. dia pernah berkata bahwa aku tidak boleh menangis. Tapi dia selalu membuatku menangis karena ketakutan. Aku tahu dia indah, dan banyak yang ingin memilikinya. Itulah yang kutakutkan, bukan menjaganya, tetapi malah membuatnya menjadi resah karena kegelisahan berlebihanku.
Disini adalah titik awal aku melihat namaku diukir diatas pasir ini. Iya pasir yang putih dan suci ini. Dengan sesederhana mungkin dia mengukirnya dan aku terkesan. Tapi dia salah, dia mengukir sangat dekat dengan pantai. Pantas saja dalam sekejap tulisan itu hilang. harusnya dia meniru aku, menuliskan nama itu dalam sebuah ukiran, dalam sebuah tulisan, dalam sebuah gambar. Itu tidak akan hilang kecuali aku sendiri yang merusaknya. Lihatnya, mereka masih terjaga sampai sekarang.
Ada masanya aku ingin menangis, ingin marah, kecewa, sakit hati. Tapi untuk apa? Makhluk indah itu memang sudah terlampau bahagia, meskipun dia tidak sadar, perlahan mereka menjauhinya. Dan hari ini, aku bertemu dengannya tanpa sengaja. Dia sendiri dan aku tidak punya sedikit pun keberanian untuk hanya sekedar menyapa, menanyakan kabarnya, ataupun memberikan makanan kesukaannya. Tidak. Aku terlalu takut melakukan itu. aku takut justru malah semakin terjebak ke dalam perasaanku sendiri yang tidak bisa kukendalikan.
Lalu, mata kami  tidak sengaja saling bertemu. Tatapan mata itu. sendu. Sendu dan menghanyutkan. Hanya tatapan matanya lah yang kusuka. Dan kemudian kami saling berpaling. Berpura-pura tidak pernah terjadi. Tapi itu tidak hanya sekali. Berulang kali. Dan aku sadar, bukan hanya aku yang memperhatikannya, tapi aku juga merasa diperhatikan. Namun, dari titik terjauh dari pusat tubuhnya. Dari sudut terjauh dari perasaannya. Dia..... belum berubah sepenuhnya.
Dan aku, hanya bisa sedikit saja memberikannya senyuman. Senyum yang sangat tipis. Senyum pemaksaan, dan kuharap dia bisa memberikan lebih. Tapi yang kuharap hanyalah kehampaan. Aku yang memulai untuk menjauhi, dan begitu juga dia mengikuti. Aku yang merusak, dan dia mengikuti. Dia hanya memberikan senyum tipis yang dipaksakan juga. Ya, disertai mata sendunya.
Lalu aku merasa ini adalah hari terburuk yang pernah kualami. Bertahun-tahun aku menjauhinya, dan semua hilang perlahan. Namun hanya dalam hari ini semua terasa kembali. Lalu untuk waktu yang lama aku berdiam diri. Merenungkan apa yang harusnya aku lakukan. Lihatlah sayang, ini bukan malapetaka! Bukankah aku sangat merindukannya? Harusnya rasa rindu itu terobati hanya dengan sekedar melihat tatapan mata itu.
Aku hanya tidak ingin terpuruk lebih lama lagi. Dan akhirnya aku hanya bisa mengagumi ciptaan Tuhan itu dari jauh. Mengubah semua rasa sakit itu menjadi rasa kebahagiaan. Aku bahagia, rinduku terobati. Aku bahagia hanya bisa mengenang rasa yang dulu pernah aku rasakan bersamanya, aku bahagia hanya bisa melihatnya dari kejauhan tanpa harus menyentuh ke dalam hidupnya lebih dalam lagi. Dan aku bahagia, aku memiliki mereka semua yang melindungiku seperti kamu yang pernah melindungiku.
Aku hanya bisa berterima kasih kepada Tuhan karena pernah mengenalkan makhluk indahnya kepadaku. Menatap, merasakan, mencintai, semua dari kejauhan. Itu sudah cukup untuk mengajarkanku bagaimana caranya berterimakasih dan menghargai penyesalan....”


Lalu aku melihat lelaki itu hanya tersenyum tipis. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya setelah membaca surat itu. lalu kulihat gadis itu juga tersenyum. Menghela nafas lalu pergi meninggalkan pondok itu. dari mereka aku belajar, penyesalan bisa kuubah menjadi suatu kebijakan. Kesedihan bisa kuubah menjadi kebahagiaan. Karena, terkadang aku lebih suka membiarkan semuanya mengalir, meskipun aku tahu aku memaksakan aliran itu....

Selasa, 18 Juni 2013

Relationship or Relationshit?

Relationship?
Status yang biasanya terbentuk karena adanya rasa sayang dan cinta diantara dua insan. Biasanya kalo udah pacaran rasanya kayak dunia itu isinya cuma mereka aja. Gak bisa munafik, sekeliling juga bakal diabaikan yah minimal dikesampingkan lah. Tapi faktanya sekarang ini sih banyak juga orang yang pacaran cuma buat status aja. Atau jadian karena terpaksa, misalnya karena KASIAN, atau ada banyak alasan-alasan lain.

Kalo yang kayak gitu bisa dibilang Relationship???? ya enggaklah, itu mah RELATIONSHIT ~
ada banyak alasan, misalnya karena dia udah gak bisa move on atau masih stuck di mantannya, jadi hatinya beku buat nerima orang lain. Jadi karena mungkin udah kelamaan jomblo atau emang dasarnya gak bisa jomblo, jadi pas ada yang deketin dan nembak, dia terima. Atau mungkin stuck di mantan "gebetan". nyari pelampiasannya kayak gitu. Hmm~~~~~~

Biasanya orang yang pacaran kayak gini tuh nyembunyiin statusnya. Ya bukan berarti kalo jadian harus dipamerin di bio twitter status line whtsp bbm atau apalah. Tapi seenggaknya ya diakuin kek. Itu baru normal. Tapi kalo baru jadian aja udah diancam " Jangan heboh ya." atau "Jangan banyak yang tau ya" ya kira-kira gitulah, itu apa namanya? monggo jawab sendiri~

Ibaratnya yang tau cuma kamu dan dia sama Tuhan. Hello~~~~ kalo emang kamu niat pacaran sama seseorang dan sayang sama dia, gak bakal kamu tutup-tutupin status itu. Sampe sekarang masih gak ngerti sama orang yang kayak gitu. Atau orang yang masang dp sama pacarnya aja sama sekali gamau. Atau ya menggambarkan di depan orang itu kayak gak kenal atau sebatas " ya aku tau dia". Entahlahya....~~~~~~

Kalo dua pihak sama-sama kayak gitu atau emang sengaja buat nutupin hubungan mereka dari banyak orang karena alasan tertentu, itu mah ya sah-sah aja. Tapi kalo cuma satu pihak yang menetapkan aturan kayak gitu ya.. gimana ya...

Well, ketika kita punya suatu hubungan, bentuklah hubungan itu didasari atas hati yang tulus, jalani dengan ikhlas, dan dijaga sebaik-baiknya.
jangan main-main sama perasaan orang lain. Karena gak ada orang yang mau dimainin. Karena setiap orang itu punya hati dan hati itu harus dijaga baik-baik. Dan karena berurusan sama hati itu jauh lebih susah daripada berurusan sama orang yang udah kena kanker stadium akut.



see u readers~